
Pada hari Senin, 21 Agustus 2023, STT BNKP Sundermann menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum dengan tema “Digital Ministry (Pelayanan Digital Gereja)”. Kegiatan ini difasilitasi oleh UEM Regional Office Asia. Peserta kegiatan terdiri dari seluruh dosen, mahasiswa/i Program Studi S1 Teologi dan Program Studi S1 PAK.
Narasumber kegiatan Kuliah Umum ini adalah Bapak Dr. Leonard Chrysostomos Epafras, seorang Dosen, Peneliti, dan Instruktur Pelatihan dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Kuliah Umum dilaksanakan agar para sivitas akademika STT BNKP Sundermann memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif tentang peluang dan tantangan yang dihadapi dalam pelayanan di era digital.
Dalam materinya, Dr. Leonard mengatakan bahwa teknologi merupakan bagian dari pelayanan, karena teknologi dapat menguatkan pelayanan. Hal tersebut didasarkan pada nats Alkitab yang terambil dari 2 Yohanes 12. Di era digital, mempertimbangkan “Estetika” “Tampang” “Penampilan” yang menarik untuk menceritakan kemuliaan Allah, dibutuhkan “wow” dan “vibe factor” sehingga diperlukan persiapan dan kurikulum.
Ada beberapa jenis pelayanan digital antara lain:
- Gereja daring, adalah sistem beragama berupa jejaring dan keterhubungan di antara kaum beriman melalui media Sistem ini sering menjadi semboyan pemahaman umum beragama melalui teknologi digital. Apa saja yang berkaitan dengan digital dimasukkan dalam kategori ini.
- Gereja siaran, adalah layanan yang memanfaatkan media satu arah. Tampak jelas melalui layanan keagamaan seperti kotbah melalui YouTube, Facebook, InstagramTV dan sebagainya. Bentuk lain adalah WhatsApp broadcast yang menonaktifkan kemungkinan tanggapan dari pihak penerima pesan. Tentu layanan-layanan seperti YouTube memberi kesempatan interaksi terbatas dengan meninggalkan pesan di kolom
- Gereja Interaktif, berlawanan dengan gereja siaran, gereja interaktif menyediakan layanan digital yang memungkinkan komunikasi dua arah. Zoom adalah contoh populer dinamika ini ketika kita memanfaatkannya untuk interaksi keagamaan yang lebih intensif.
- Gereja maya amat mudah tercampur aduk dengan kategori beragama daring. Gereja maya yang sepenuh- penuhnya adalah beragama dalam lingkungan seperti metaverse, khususnya yang sedang hangat- hangatnya Metaverse milik Meta (Facebook).
Melalui pelayanan digital, gereja mampu memanfaatkan beragam kanal dan menciptakan peluang dalam wacana dan topik kekinian serta mengembangkan pelayanan dan menyesuaikan dengan kondisi usia sesuai kebutuhan warga jemaat. Gereja perlu memberikan pemahaman dan edukasi kepada warga jemaat dalam menghadapi hoakstivisme, disinformasi, malinformasi, firehose of falsehood yang memanipulasi otak “buaya” kita dengan pesan ketakutan, kesedihan, dan emosional lainnya.(fsh)
